Langsung ke konten utama

Tak kalah dari Eropa, Bangsa Cina juga punya Pedang yang melegenda, Pedang itu disebut Dao

Bangsa Cina atau Tiongkok mengenal dua jenis pedang, Pedang Jian dan Pedang Dao. Pedang Jian merupakan pedang lurus bermata dua yang digunakan di Tiongkok sementara pedang Dao merupakan pedang bermata satu. Pedang Dao merupakan pedang yang sangat populer, saking populernya, terdapat banyak varian nama dan bentuk dari pedang Dao.

Pedang Dao | sumber: Wikimedia Commons

Dao pada dasarnya merupakan nama bagi pedang-pedang Cina atau Tiongkok yang bermata satu. Pedang Dao digunakan untuk menebas dan memotong musuh. Bentuk pedang dao bervariasi, namun pada umumnya memiliki karakteristik yang sama. Pedang ini memiliki ketajaman di satu sisi dengan bilah yang sedikit melengkung. Pada awalnya, hanya sisi tajam yang melengkung, punggung pedangnya lurus. Namun semenjak Mongol menguasai Cina daratan (zaman dinasti Yuan), punggung pedang dibuat melengkung setelah mengadopsi budaya Turko-Mongol. 

Mengingat Cina merupakan pusat kebudayaan di kawasan Timur Asia, pedang dao pun menyebar pengaruhnya di kawasan Timur Asia. Pengaruh budaya ini pun merambah ke selatan tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Di luar Cina, dao memiliki sebutan yang berbeda-beda tergantung pada Bahasa dan dialek orang setempat: di Korea disebut yedo atau do; di jepang disebut ; di Burma, Myanmar dan Laos di sebut dha; di thailand disebut dharb; dan di Nusantara disebut dau, di, dang dan ba.

Kata dao dapat diterapkan pada senjata apa pun dengan bilah bermata tunggal dan biasanya mengacu pada pisau. Karena itu, dao kadang-kadang diterjemahkan sebagai pisau atau pisau besar. Meskipun demikian, dalam seni bela diri Tiongkok dan dalam konteks militer, pedang dao dimaksudkan pada pedang bermata satu.

Ada banyak varian bentuk dan nama dari pedang dao, berikut beberapa varian dao yang cukup dikenal: (penamaan Dao disini mungkin berbeda dengan kosa kata aslinya, karena sulit untuk melatinkan bahasa mandarin yang aslinya ditulis dalam aksara Hanzi)

 

1. Pedang Zhi Bei Dao

Pedang Zhi Bei Dao terbuat dari perunggu, namun seiring dengan kemajuan metalurgi, logam yang lebih kuat pun ditemukan (besi).

a. Pedang Zhi Bei Dao perunggu

ilustrasi Zhi Bei Dao Perunggu

Pedang Dao sudah digunakan semenjak Zaman dinasti Shang (abad ke-15 SM) hingga ditemukannya besi di zaman dinasti Han (abad ke-2 SM). Artifak yang diketemukan berasal dari zaman dinasti Shang dan dinasti Zhou. dari artifak-artifak itu setidaknya ada tiga bentuk Dao yang digunakan di zaman itu; Dao genggam (bentuknya seperti pisau belati); Dao lebar (bentuknya seperti pisau daging); dan Dao kapak (bentuknya mirip kampak).

Gambar artifak Dao genggam klik disini

Gambar artifak Dao lebar klik disini

Gambar artifak Dao kapak klik disini

b. Pedang Zhi Bei Dao Besi

ilustrasi Zhi Bei Dao besi

Pada zaman Negara Berperang (475-221 SM), merupakan peralihan dari zaman perunggu ke zaman besi. Besi di zaman ini tidaklah sekuat besi baja, meskipun lebih kuat daripada perunggu, namun dalam hal ketajaman masih kalah dibanding perunggu. Besi terbilang lunak sehingga mudah tumpul namun tidak rapuh dan tak mudah patah. Di zaman ini, penggunaan besi berbarengan dengan pedang perunggu. Sulit menemukan peninggalan Dao besi dari zaman ini. Kebanyakan artifak pedang besi dari zaman Negara Berperang merupakan pedang Jian, namun tidak menutup kemungkinan jika Dao Besi sudah diproduksi di zaman ini.

Gambar pedang Zhi Bei Dao klik disini

 

2. Pedang Huan Shoudao

ilustrasi Han Dao

Besi baja mulai ditemukan sekitar abad ke-3 masehi di Tiongkok, pedang pun kini dibuat lebih ringan, lebih panjang dan lebih tipis, namun juga lebih tajam dan mematikan. Di awal periode dinasti Han, pedang Jian lebih populer digunakan di kemiliteran. Namun di akhir periode, pedang Dao yang awalnya senjata pasukan kavaleri menjadi lebih populer dan menggantikan peranan pedang Jian di kemiliteran.

Pedang Dao yang digunakan pada masa dinasti Han disebut pedang Huan Shoudao.  Pedang Huan Shoudao memiliki bentuk yang cukup unik, disamping bilahnya yang ramping, terdapat sebuah cincin di ujung gagang pedang. Itulah megapa pedang ini dikenal pula dengan sebutan “Pedang Gagang Cincin (Ring Pommel Sword)”.

Gambar replika pedang Han Dao klik disini

Cincin atau ring di ujung gagang berfungsi untuk menahan pedang agar tidak mudah lepas dari tangan. Terdapat sebuah tali pada cincin, fungsi tali ini untuk dililitkan kepergelangan tangan untuk mencegah pedang terlepas saat digunakan. Panjang pedang Huan Shoudao berkisar antara 85 sampai 114 cm. Prajurit biasanya menggunakan pedang ini bersamaan dengan perisai persegi panjang.

Dimasa dinasti Tang berkuasa, pedang ini ditinggalkan dan tergantikan perannya oleh pedang Tang Heng dao namun kembali populer di masa dinasti Song. Sebelumnya pedang ini berpenampilan sederhana dimasa dinati Han, dimasa dinasti Song pedang ini dibuat indah dengan dekorasi di sarung dan gagang pedang. Tali yang biasanya ada di cincin pedang dihilangkan dan sebagai gantinya, gagang pedang dibuat melebar ke bawah gagang agar pedang tidak mudah lepas dari tangan saat digunakan.

Gambar replika pedang Song Huan Shoudao klik disini

Untuk membedakan, dewasa ini orang menyebut pedang Han Dao yang berarti pedang dao dari dinasti Han dan Song Huan Shoudao yang berarti pedang Shoudao dari masa dinasti Song. Sedangkan versi yang lebih kecil dinamakan Shundao. Shundao merupakan pisau kecil serbaguna yang biasanya digunakan untuk memotong daging. Dengan ukurannya yang pendek, tidak terdapat cincin di ujung gagang Shundao.

Gambar Shundao klik disini

Kepopuleran pedang Huan Shoudao menyebar hingga Timur Asia melalui perdagangan. Di Korea ada pedang Hwandudaedo dan di Jepang ada pedang Choku. Pedang Hwandudaedo dan Choku mengadopsi bentuk pedang Han Dao dengan karakteristik (pakem) tersendiri sehingga terlihat mirip namun sejatinya itu berbeda dari pedang Huan Shoudao.

 

3. Pedang Zhanmadao

ilustrasi Zhanmadao

Zhanmadao merupakan pedang dao bergagang panjang yang dibuat khusus untuk melawan pasukan kavaleri musuh. Secara harfiah, Zhanmadao berarti pedang pemotong kuda. Penggunaan pedang Zanmadao adalah pedang prajurit infantry dua tangan yang dimaksudkan untuk mengiris dan memotong kaki kuda. Terdapat versi serupa namun memiliki ketajaman di dua sisi yang disebut Zhanmajian.

Zhanmadao digunakan sejak era Dinasti Han, tergantikan oleh Changdao di saat dinasti Tang berkuasa dan kembali populer di zaman dinasti Song.

Evolusi pedang Zhanmadao:

a. Han Zhanmadao

Pedang ini berasal dari zaman dinasti Han. Pedang ini termasuk besar dengan bilah tunggal dan panjang. Panjang bilahnya lebih dari satu meter, rata rata berkisar antara 110 sampai 120 cm.  Punggung bilahnya lurus sementara sisi tajamnya lebar di pangkal dan menyempit ke ujung, terlihat seakan-akan bilahnya melengkung.  Pedang ini juga terkadang disebut Shuangshou Dao.

Gambar replika Han Zhanmandao klik disini

b. Song Zhanmadao

Pedang ini berasal dari zaman dinasti Song. Pada masa ini, mulai bermunculan pedang Dao dengan bilah besar dan lebar. Zhanmadao pun kini dibuat dengan bilah yang lebar, lurus persegi.

Gambar replika Song Zhanmadao klik disini

c. Yuan Zhanmadao

Disaat bangsa Mongol menginvasi Tiongkok, budaya Turko-Mongol pun menyebar di Cina daratan. Pedang zhanmadao, bilahnya tetap lebar namun dibuat melengkung. Terdapat ornamen tunkou di pangkal pedang yang merupakan ciri khas dari pedang dinasti Yuan.

Gambar replika Yuan Zhanmadao klik disini

d. Ming Zhanmadao

Disaat dinasti Ming berkuasa menggantikan Yuan, bilah lengkung zhanmadao tetap dipertahankan namun pegangan (gagang) pedang dibuat lebih panjang, sekitar dua pertiga panjang bilah. Penampakan Zhanmadao di masa ini mirip dengan pedang Nagamaki dari Jepang.

Gambar replika Ming Zhanmadao klik disini

e. Qing Zhanmadao (Kangxi Dao)

Disaat dinasti Qing dari Manchuria menguasai Tiongkok, bilah lengkung dan pegangan panjang zhanmadao tetap dipertahankan, namun ujung bilahnya kini dibuat tidak meruncing (persegi  terpotong).

Gambar replika Kangxi Dao klik disini

 

4. Pedang Tang Heng Dao

ilustrasi Tang Heng Dao

Seperti namanya, pedang ini berasal dari masa dinasti Tang yang berkuasa antara 608 hingga 907 masehi. Pedang Tang Heng Dao memiliki bilah lurus

adalah dao lurus satu tangan yang menampilkan sarung dengan sistem suspensi dua titik yang dipengaruhi oleh pedang Sasania. Sistem suspensi dua titik memungkinkan dao dipakai dalam posisi kurang lebih horizontal (heng). Itulah alasan pedang ini dinamakan Tang Heng Dao yang berarti pedang Dao dari dinasti Tang yang dipakai dalam posisi horizontal (heng).

Gambar ujung tepi Tang Heng Dao klik disini

Pedang ini digunakan baik oleh pasukan kavaleri maupun infantri. Bobot pedang ini terbilang ringan sehingga peruntukannya untuk digunakan satu tangan, meskipun ditemukan beberapa dengan gagang pedang yang ukup panjang namun fungsi penggunaanya tetap untuk satu tangan. Keunikan dari pedang ini, selain dari sistem suspensi dua titik, bilah pedang ini memiliki tepi belakang yang tajam. Dengan adanya tepi belakanng yang tajam, selain untuk serangan memotong dan menebas juga efektif untuk menusuk lawan.

Saat disarungkan, penampilan pedang Tang Heng Dao mirip dengan pedang Tang Jian sehingga sulit dibedakan antara keduanya. Perbedaanya baru terlihat setelah pedang dihunus atau dicabut dan dikeluarkan dari sarungnya.

Gambar replika tang Heng Dao klik disini

Pedang Tang Heng Dao menjadi senjata standar kemiliteran di dinasti Tang, meskipun ada banyak perwira dan komandan yang mengenakan pedang Tang Jian sebagai senjata resmi miliknya.

Pedang Tang Heng dao terbilang mahal untuk dibuat dan setiap bagian bernilai sekitar satu bulan gaji seorang pejabat pemerintah tingkat junior. Sebagai sumber daya militer yang mahal, pedang Tang Heng Dao dilarang digunakan sebagai barang pemakaman. Akibatnya, sangat sedikit spesimen yang ditemukan saat ini. Untungnya, pedang ini dikejar oleh delegasi Jepang dan dikirim kembali ke Jepang sebagai harta untuk istana Kekaisaran. Beberapa sampel langka dari pedang Tang Heng Dao saat ini disimpan di Nara, Jepang.

 

5. Pedang Changdao

ilustrasi Changdao

Pedang Changdao merupakan versi zhanmadao yang digunakan di zaman dinasti Tang. Seperti halnya Zanmadao, pedang ini dimaksudkan sebagai senjata anti kavaleri. Pedang Changdao merupakan pilihan yang disukai oleh unit infantry garda depan untuk menebas kuda-kuda kavaleri musuh. Pedang Changdao rata-rata memiliki panjang keseluruhan tujuh kaki (satu kaki = 30,48 cm) dengan bilah tunggal sepanjang tiga kaki dan pegangan tongkat sepanjang empat kaki.

Gambar Changdao di masa dinasti Tang klik disini

Kepopuleran pedang Changdao yang mampu menghalau unit kavaleri musuh nampaknya sampai ke Jepang dan menjadi inspirasi pembuatan pedang Zanba, pedang yang sangat besar dengan maksud untuk menebas penunggang beserta kudanya sekaligus.

Gambar ukuran pedang Changdao klik disini

Terdapat versi pedang yang identik namun berbeda. Versi ini dikenal dengan sebutan Modao, mirip namun memiliki ketajaman di dua sisi (bermata dua). Pasukan elit yang dipersenjatai pedang Changdao dan Modao merupakan salah satu keunggulan militer Tang yang ditempatkan di garis depan untuk melawan dan memporak-porandakan formasi musuh.

Evolusi Changdao

Bilah Changdao pada awalnya awalnya lurus. Di abad ke-16, disaat Ming berperang melawan bajak laut Jepang,  Jenderal Qi Jiguang memerintahkan pengrajinnya untuk meniru pedang Nodachi yang digunakan bajak laut Jepang. Changdao pun dibuat menggunakan bilah pedang Jepang yang melengkung. Itulah mengapa pedang Changdao terkadang disebut juga “wodao” atau pedang Jepang.

Gambar Changdao dimasa dinasti Ming klik disini

Untuk melihat pedang Changdao di masa dinasti Ming klik disini

Perbedaan dengan Zhanmadao

Istilah Zhanmadao dan Changdao sering kali tertukar, padahal itu adalah senjata yang berbeda. Bilah pedang Zhanmadao lebih lebar dibandingkan dengan Changdao dan pegangan Zhanmadao pun lebih pendek dibandingkan dengan Changdao. Penampilan Zhanmadao lebih mirip pedang Nagamaki dari Jepang, sedangkan penampilan Changdao lebih mirip pedang Nodachi dari jepang.  

 

6. Pedang Waitsum atau Khasi Dao

ilustrasi Khasi Dao

Waitsum berarti pedang tombak dalam bahasa Khasi. Orang barat menyebut pedang ini Khasi Dao karena digunakan oleh orang-orang Khasi yang sekarang menjadi bagian di provinsi Assam di India. Penampilan pedang ini cukup unik, dengan bilah besar yang menyerupai sirip ikan. Terdapat dua pelindung tangan khas Tiongkok di gagang pedang. Pedang ini merupakan pedang dua tangan yang keberadaannya cukup langka.

Gambar pedang Khasi Dao klik disini

Pedang ini pertama kali muncul dimasa dinasti Tang, disaat memberikan upeti. Tidak dapat dipastikan dari mana pedang ini berasal, apakah dari orang Tiongkok atau orang Khasi, yang jelas pedang ini pernah muncul di literatur Tiongkok kuno dan menjadi inspirasi dari bentuk bilah Gudao yang kita kenal sekarang. Di Khasi sendiri, pedang ini sudah tidak digunakan sebagai senjata dan merupakan pusaka keluarga yang diwariskan turun temurun. Pedang ini sekarang hanya dikeluarkan pada saat acara seremonial keagamaan.

Gambar lukisan pembawa upeti dimasa dinasti Tang klik disini

 

7. Pedang Besar Tiongkok (Chinese broadsword)

ilustrasi Pedang Besar Tiongkok

Pada zaman dinasti Song (960-1279 M), pedang Long Quan Jian lebih populer digunakan. Meskidemikian, pedang dao nampaknya masih tetap digunakan oleh beberapa unit militer. Dimasa ini pula muncul pedang-pedang dengan bilah besar dan lebar. Kemunculannya pertama kali di masa dinasti Song berkuasa namun ini berkembang dan populer di masa dinasti Ming berkuasa. Pedang-pedang ini kemungkinan pengembangan dari pedang Zhanmadao dan pedang Khasi Dao yang sudah ada sebelumnya.

Ada banyak varian bentuk pedang besar Tiongkok dengan nama yang juga berbeda-beda, berikut beberapa diantaranya:

a. Pudao

Pudao merupakan pedang besar untuk menebas dan membelah. Termasuk pedang satu tangan dengan bilah yang besar dan lebar. Senjata yang tidak biasa, biasanya digunakan oleh perusuh/penghancur (skirmisher) yang dapat menghancurkan perisai.

Gambar Pudao klik disini

Versi Pudao dengan gagang panjang seperti tongkat (senjata galah) disebut Podao. Sementara versi modern dari pedang ini disebut Baguadao, pedang Dao besar yang biasanya digunakan dalam kungfu aliran Baguazhang. Pedang ini sangat besar dengan panjang bilah sekitar 40 inchi dan lebar bilah 4,5 inchi. Terkadang bilahnya dibuat tipis dan lentur, kemugkinan versi ini digunakan untuk pertunjukan seni beladiri.

Gambar Podao klik disini

Gambar Baguadao klik disini

b. Dadao

Dadao juga dikenal sebagai 'Pedang Besar Tiongkok'. Seperti Pudao, bilah Dadao lebar dan panjangnya antara dua hingga tiga kaki. Dadao memiliki gagang panjang yang dimaksudkan untuk penggunaan dua tangan meskipun masih bisa digunakan dengan satu tangan. Dadao umumnya memiliki keseimbangan berat ke depan.

Gambar Dadao klik disini

Meskipun bukan pedang yang sangat canggih, bobot dan keseimbangan dadao memberinya kekuatan memotong dan memotong yang cukup besar, menjadikannya senjata pertempuran jarak dekat yang efektif untuk pasukan yang tak terlatih sekalipun.

Dadao menjadi pilihan senjata sekunder bagi para milisi disaat perang Tiongkok-Jepang Kedua (1937-1945). Sebuah lagu mars militer ‘Pawai Dadao’, disusun untuk menjadi seruan bagi pasukan Tiongkok sepanjang perang Tiongkok-Jepang Kedua untuk memuliakan penggunaan dadao selama pertempuran dengan penjajah.

c. Pedang Guitoudao

Guitoudao merupakan sebutan untuk pedang besar Tiongkok yang dibuat untuk eksekusi (pemenggalan) yang dilakukan oleh Algojo.  Bilahnya besar dan lebar. Bentuknya bisa bervariasi, kadang satu atau dua tangan, namun ciri khas dari pedang ini adalah ukiran kepala iblis di pangkal pedang atau di ujung gagang. Pedang yang cukup langka dan hanya digunakan untuk hukuman mati, pedang ini tidak umum digunakan sebagai senjata dalam peperangan.

Gambar Guitoudao klik disini

d. Pedang Yu Tou Dao

Yu Tou Dao berarti pedang kepala awan, merupakan pedang besar dengan ujung lengkung dan membulat ke belakang. Bagian tepi belakang pedang ini cekung memanjang dan bertahap, bergerigi (mirip bilah pisau Bowie). Pedang ini cukup langka dan penampakannya kebanyakan mirip Dadao.

Gambar Yu Tou Dao klik disini

e. Pedang Jiu Huan Dao

Ada beberapa gaya Pedang unik dari Cina yang menampilkan cincin di punggung bilah. Cincin ini dapat berjumlah mulai dari satu hingga sembilan cincin. Di antara kegunaannya, cincin berat berputar ke depan saat menyerang akan menambah bobot dan inersia ke depan, serta membalik ke belakang saat pemulihan membawa bobot lebih ke tangan untuk blok dan kontrol.

Gambar Ji Huan Dao klik disini

f. Yanyuedao

Yanyuedao (juga dikenal dengan sebutan Guandao) merupakan senjata galah mirip tombak dengan bilah Dao besar dan lebar. Kemungkinan ini adalah pengembangan dari Zhanmadao dan Khasi Dao dengan bilah besar. Gagangnya berupa tongkat sepanjang tombak. Menurut legenda, Yanyuedao pertama kali ditemukan oleh jendral terkenal di masa dinasti Han, Jendral Guan Yu. Yanyuedao milik jendral Guan Yu dinamakan “Qinglong Yanyuedao” yang berarti pedang bulan sabit Naga Hijau. Meskipun legenda mengatakan bahwa senjata ini sudah ada di masa dinasti Han, sejarah mencatat bahwa senjata ini muncul pertama kali di masa dinasti Song.

Gambar replika Yanyuendao klik disini

Yanyuedao dengan gagang yang lebih pendek dinamakan Buzhandao. Gagangnya lebih pendek dari Zhanmadao, tidak lebih dari 30 cm. Penampilan Buzhandao saat ini mungkin mirip dengan pedang Baguadao, pedang dao besar yang digunakan dalam beladiri kungfu aliran Baguazhang.

Gambar Guandao klik disini

 

8. Pedang Bulu Angsa (Yanlingdao dan Yanmaodao)

ilustrasi Pedang Bulu Angsa

Bilah pedang Dao adalah lurus dan bermata satu, meskipun ada beberapa yang melengkung namun itu tetap lurus di punggung pedang. Setelah bangsa Mongol menguasai Cina daratan dan mendirikan dinasti Yuan, terjadi perubahan signifikan pada pedang-pedang Dao. Para petinggi Mongol saat itu lebih menyukai pedang lengkung daripada bilah lurus, alhasil pedang dao pun yang semula lurus berubah jadi melengkung.

Salah satu dari dao awal yang melengkung bernama Pedang Bulu Angsa. Ada dua varian dari pedang ini, pedang Yanlingdao dan Yanmaodao. Secara harfiah keduanya berarti pedang bulu angsa namun secara hakiki kedua pedang itu berbeda. Bedanya, tepi belakang pedang Yanlingdao tajam sementara pedang Yanmaodao tumpul .

Gambar Yanlingdao klik disini

Gambar Yanmaodao klik disini

Bilah kedua pedang ini lurus dan melengkung ke belakang di sekitar pusat perkusi seperempat atau sepertiga bilah terakhir mendekati ujung pedang. Pusat perkusi adalah titik pada bilah dengan getaran paling kecil pada kontak keras, titik pada bilah yang mentransmisikan daya paling besar ke target dalam pukulan keras. Hal ini memungkinkan untuk menyodorkan serangan dan penanganan keseluruhan mirip dengan pedang Jian, sambil tetap mempertahankan sebagian besar kekuatan pedang Dao dalam memotong dan menebas.

Kedua pedang ini digunakan sebagai senjata militer semenjak masa dinasti Yuan bahkan tetap digunakan sebagai senjata standar militer di masa Dinasti Ming dan dinasti Qing. Keduanya hampir selalu memiliki pegangan lurus, meskipun pegangan melengkung ke bawah digambarkan dalam karya seni Ming. Selama abad terakhir pemerintahan Qing, cengkeraman melengkung menjadi jauh lebih umum daripada cengkeraman lurus. Dewasa ini, para kolektor pedang hanya menyebutnya Yanmadao terlepas itu tajam ataupun tumpul tepi belakangnya.

Ciri khas yang terdapat dalam pedang-pedang peninggalan dinasti Yuan adalah tunkou. Tunkou ini memiliki bentuk yang khas, dengan "rahang" bawah yang panjang dan bergerigi. Tunkou ini juga berfungsi untuk mengamankan pedang agar tidak mudah terjatuh saat disarungkan, mirip penjepit dua titik hanya tunkou ini saja terukir langsung di bilah pedang. Dulu tunkou seluruhnya ditutupi dengan emas, sekarang sebagian besar hilang karena bergesekan dengan sarungnya.

Gambar tunkou pada Dao Cina klik disini

 

9. Pedang Liuyedao

ilustrasi Liuyedao

Selain Yanlingdao dan Yanmadao, ada satu lagi pedang yang dijadikan senjata standar militer peninggalan dinasti Yuan yang digunakan hingga dinasti Ming dan dinasti Qing, Pedang Liuyeao atau pedang daun willow. Pedang Liyuedao merupakan pedang Dao yang paling terkenal di Tiongkok, keberadaanya bahkan menggeser pedang Jian di kemiliteran selama dinasti Ming. Banyak perguruan seni beladiri di Tiongkok awalnya dilatih dengan pedang ini.

Gambar Liuyedao klik disini

Senjata ini memiliki lekukan sedang di sepanjang bilahnya. Ini mengurangi kemampuan menusuk (walaupun masih cukup efektif pada saat yang sama) sekaligus meningkatkan kekuatan tebasan dan potongan. Gagang biasanya lurus, semenjak abad ke-18 gagangnya lebih melengkung ke bawah. Beratnya dari dua hingga tiga pon, dan panjangnya 36 hingga 39 inci. Banyak contoh sering kali memiliki kerah berhias di pangkal bilah yang disebut tunkou, yang merupakan peninggalan gaya dari desain Mongol sebelumnya.

 

10. Pedang Piandao

ilustrasi Piandao

Salah satu pedang yang langka keberadaanya adalah pedang Piandao. Penampilannya sangat mirip denga pedang Liuyedao. Sangat sulit membedakan kedua pedang ini, perbedaanya hanya bisa diketahui oleh perasaan pengguna. Mungkin bobot pedang ataupun keseimbangan pedang yang berbeda dari Liuyedao. Berbeda dengan Liuyedao, pedang Piandao digunakan untuk mengiris target dan tidak digunakan untuk menebas.

Gambar Piandao klik disini

Dimasa dinasti Qing, terdapat senjata dengan nama yang sama namun itu berbeda. Pian dao dimasa dinasti Qing merupakan senjata galah yang menyerupai Naginata Jepang.

 

11. Pedang Yanchidao

ilustrasi pedang Yanchidao

Yanchidao atau pedang sayap angsa merupakan istilah umum yang digunakan untuk bilah pedang Tiongkok dengan tepi belakang yang sangat curam. Tepi belakang ini biasanya lurus atau sedikit cekung, namun bergerigi dan terlihat seperti sayap burung angsa.

Bilah pedang ini pertama kali muncul dimasa dinasti Song yang banyak ditemukan pada pedang Zhanmadao, Pudao, dan Dadao. Namun di era dinasti Ming dan dinasti Qing, bilah sayap angsa ini ditemukan pada pedang Yanmadao dan Liuyedao. Panjang keseluruhan pedang ini berkisar 85 cm dengan panjang bilah sepanjang 65 cm.

Gambar Yanchidao klik disini

Pedang yang cukup langka keberadaanya karena desainnya yang cukup unik. Pedang ini juga terkadang disebut pedang Fengchidao yang berarti pedang sayap phoenix.

 

12. Pedang Duan Dao

ilustrasi Duandao

Pedang Duan Dao merupakan pedang dao pendek yang biasanya dibawa oleh prajurit dimasa dinasti Ming dan dinasti Qing. Duan Dao merupakan senjata sekunder yang tergantung di ikat pinggang, kira-kira seukuran dengan golok betawi.  Pedang ini bermata satu dan agakmelengkung ke bawah agar tidak mengganggu saat dibawa di pinggang.

Gambar Duandao klik disini

 

13. Pedang Woyaodao

ilustrasi Woyaodao

Pedang Woyaodao merupakan pedang Tiongkok yang unik karena menggabungkan bilah pedang Jepang dengan gagang satu tangan gaya Cina. Bilah pedang ini bisa buatan lokal yang meniru bentuk bilah pedang jepang ataupun didatangkan (diimpor) langsung dari Jepang.

Pedang Jepang (nihonto) memang sudah terkenal dari dulu kala. Tidak hanya desain bilahnya yang efektif untuk membelah dan menebas musuh, namun juga pedang-pedang itu memiliki keindahan yang eksotis.

Bentuk bilah ramping persegi dengan pola bergerigi (hamon) pada bilah pedang Jepang sebenarnya sudah di kenal oleh bangsa Tiongkok jauh sebelumnya. Pedang-pedang dengan bilah ini merupakan desain umun semenjak dinasti Han (bilah pedang Han Dao) hingga dinasti Song (bilah pedang Song Huan Shoudao).

Gambar Hamon pada Han Dao klik disini

Disaat Mongol berkuasa (dinasti Yuan), pedang lengkung diperkenalkan dan diadopsi secara luas di Tiongkok. Bilah-bilah lengkung ini kebanyakan memiliki penampang bilah yang datar, beberapa memiliki penampang baji (garis vertikal cekung ke dalam). Tiongkok pun meninggalkan bilah persegi pola bergerigi dan menggunakan penampang datar dan baji sebagai bilah pedang.

Di Jepang sendiri, penampang awal pedang adalah datar dan sederhana. Tiongkok yang saat itu dikuasai dinasti Han kemudian digantikan oleh dinasti Tang, menjadi pusat peradaban Asia dengan budaya yang sangat maju. Pengaruh budaya Tiongkok pun sampai ke Jepang. Masyarakat Jepang saat itu banyak mengimpor pedang-pedang Cina yang mereka beli dari Korea. Mereka pun mengadopsi penampang persegi dan pola bergerigi hingga akhirnya mengembangkan teknik tersendiri untuk membuat pedang khas buatan sendiri.

Ketika dinasti Song berkuasa di Tiongkok, bangsa Cina sangat tertegun dengan pedang buatan Jepang yang sebenarnya diadopsi dari pedang Cina. Mereka pun banyak mengimpor pedang Jepang dimasa itu, pedang yang diimpor di masa itu adalah pedang Kenukigata.

Gambar Kenukigata Tachi klik disini

Saat dinasti Yuan berkuasa, Kubilai Khan memerintahkan untuk menginvasi Jepang. Saat itu orang-orang Jepang kembali dibuat takjub dengan pedang-pedang lengkung Cina yang dapat mematahkan pedang-pedang Jepang. Para pengrajin pun mengadopsi pedang lengkung tanpa meninggalkan penampang persegi pola gerigi (hamon), maka terciptalah Tachi dan Katana.

Dimasa dinasti Ming, sekali lagi bangsa Cina dibuat takjub oleh pedang Jepang dengan desain dan bentuknya yang indah dipandang mata.  Sebuah catatan Ming di tahun 1380 mengatakan tentang pembuatan puluhan ribu pedang yang disebut wogundao, namanya menyiratkan bahwa itu adalah pedang bergaya Jepang.

Di abad ke-16, Jenderal Qi Jiguang berperang melawan bajak laut Jepang, dia terkesan dengan kualitas dan keefektifan pedang dua tangan mereka yang besar dan memerintahkan pengrajinnya untuk meniru dan membuat pedang itu. Pedang-pedang ini diproduksi massal dan digunakan oleh tentara Ming untuk melawan serangan para bajak laut Jepang.

Gambar Woyaodao klik disini

Nama historis yang mungkin untuk pedang Tiongkok satu tangan dengan penampang bergerigi adalah pedang Woyaodao, secara harfiah berarti pedang Jepang yang dikenakan di pinggang.

Saat ini, para kolektor cenderung menyebutnya pedang Qi Jia Dao atau "pedang keluarga Qi" untuk menghormati Qi Jiguang. Meskipun dia jelas bukan yang pertama, atau yang terakhir, memesan pedang dao Cina yang dibuat bergaya Jepang.

Pedang ini juga terkadang disebut Wo Shi Yao Dao (pedang pinggang gaya Jepang) dan terkadang Fang Wo Dao (pedang imitasi Jepang). Kesemuanya merujuk pada jenis pedang yang sama.

Pedang ini bertahan hingga dinasti Qing setidaknya abad ke-18. Meskipun bukan pedang standar militer, beberapa perwira menggunakan pedang ini sebagai senjata mereka. Pada saat itu, perwira Qing menikmati otonomi tingkat tinggi dalam pilihan pedang dan dapat menggunakan senjata sesuka mereka, selama mematuhi peraturan tertentu mengenai ukuran dan bahan yang digunakan untuk perlengkapan, serta warna sarung dan pegangan senjata mereka.

 

14. Pedang Miaodao

ilustrasi Miaodao

Miaodao secara harfiah berarti pedang yang tumbuh, ini merujuk pada bentuk bilahnya yang mirip dengan tunas padi yang tumbuh (memanjang dengan lengkungan lembut keatas). Jika Woyaodao memiliki pegangan satu tangan, maka Miaodao merupakan sebutan pedang bilah jepang dengan pegangan panjang untuk dua tangan.

Di masa dinasti Ming dan Qing, pedang-pedang Tingkok bilah pedang Jepang disebut Wodao. Penyebutan Miaodao pertama kali muncul diera kejatuhan dinasti Qing atau di awal era Republik. Disaat itu mulai tumbuh kebencian bangsa Cina terhadap Jepang sehingga mereka berusahan untuk melepaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan budaya Jepang. Kebencian itu semakin parah setelah Perang Sino-Jepang Pertama tahun 1894-1895. Istilah Miaodao pun muncul untuk menggantikan Wodao.

Gambar Miaodao klik disini

Penampilan pedang Miaodao menyerupai pedang Tachi atau tepatnya Nodachi Jepang versi Tiongkok. Panjang keseluruhan Miaodao adalah 1,2 meter atau sekitar 47 inchi (mirip Nodachi Jepang). Dewasa ini, pedang Miaodao sering dibanding-bandingkan dengan pedang Jepang (Katana) karena penampilan mereka yang mirip.

Di awal era 1930-an, istilah Miaodao merujuk pada semua jenis pedang bilah tunggal dan ramping dengan lengkungan lembut disepanjang bilah. Pedang Liuyendao terkadang disalah artikan sebagai Miaodao ketika itu. Zhanmadao dan Chandao pun disebut Miaodao di era ini, meskipun sebenarnya itu adalah senjata yang berbeda.

Pedang Miaodao disini bukanlah pedang yang digunakan oleh suku minoritas Miao yang memiliki penulisan dan penyebutan yang sama. 

 

15. Pedang Niuweidao

ilustrasi Niuweidao

Niuweidao secara harfiah berarti pedang ekor lembu. Ekor lembu disematkan pada pedang ini karena terdapat rumbai (biasanya dua helai kain berwarna) di ujung gagang, meskipun ada yang tidak memiliki rumbai. Pedang ini dikembangkan oleh kalangan sipil Tingkok utara di awal abad ke-19.   

Niuweidao merupkan pedang dao lengkung dengan bilah yang rata dan melebar jauh di dekat perkusi, dengan tepi yang relative tipis pada busur yang menyapu. Desainnya ini sagat sempurna untuk tebasan yang meninggalkan luka yang dalam bagi target.

Gambar Niuweidao klik disini

Pedang Niuweidao sangat populer di kalangan pasukan pemberontak di era keruntuhan dinasti Qing.  Pedang ini juga merupakan pola dasar dari dao yang digunakan dalam seni bela diri kungfu dan digunakan dalam film-film kungfu saat ini. Niuweidao tanpa rumbai terkadang disebut sebagai Beidao.

 

16. Pedang Nandao

ilustrasi Nandao

Jika seni bela diri Tiongkok (wushu) aliran utara menggunakan Dao lengkung, maka di selatan menggunakan Dao bilah lurus.  Dao bilah lurus ini disebut Nandao. Berebeda dengan Beidao yang digunakan di utara, pedang Nandao kebanyakan digunakan dengan dua tangan karena bobotnya yang cukup berat.  Pedang Nandao memiliki pelindung tangan ‘S’ (zigzag) yang dapat digunakan selain untuk melindungi tangan juga untuk mengait senjata lawan di jarak dekat.

Gambar Nandao klik disini

Seperti Beidao, Nandao merupakan pedang sipil yang hanya digunakan dalam seni bela diri tradisional Tiongkok dan bukan merupakan senjata standar militer.

 

17. Dao Ganda

ilustrasi Dao Ganda, "Butterfly sword"

Seperti halnya Jian, terdapat pedang ganda di varietas pedang Dao. Dao ganda digunakan oleh dua tangan, satu di kanan dan satu di kiri. Pedang-pedang ini dibuat dalam versi panjang dan pendek. Setidaknya terdapat empat jenis daro dao ganda, yakni:

a. Niuweidao atau Nandao Ganda

Dao panjang ganda yang paling umum adalah Niuweidao, set ini cukup umum di pasaran dan sering terdiri dari dari dua bilah yang cukup tipis. Mereka terutama digunakan oleh seniman bela diri yang sering mencari nafkah sebagai artis jalanan, memutar pedang ringan mereka dengan cara yang tidak berbeda dengan wushu modern. Untuk membedakan dengan aliran utara, wushu aliran selatan menggunakan bilah pedang Nandao.

Gambar Niuweidao ganda klik disini

b. Shuangdao

Sama seperti Shuangjian, pedang Shuangdao merupakan pedang kembar yang terdapat dalam satu sarung.  Pedang ini merupakan salah satu senjata standar militer dari Pasukan Kamp Hijau, biasanya dipegang oleh prajurit-prajurit dengan posisi yang beresiko tinggi. Dua bilah pedang dalam satu sarung dengan pegangan yang terbelah (kembar), Shuangdao biasanya Yanmadao kembar dengan bilah yang lebih pendek.   

Gambar Shuangdao klik disini

c. Aishuangdao

Merupakan pedang Shuangdao versi pendek. Ukurannya sepertiga atau setengah dari panjang Shuangdao.

Gambar Ashuangdao klik disini

d. Hudiedao (Butterfly word)

Hudiedao juga dikenal sebagai pedang kupu-kupu karena gagangnya (handle) yang membentuk kupu-kupu saat disandingkan. Bobotnya ringan dengan bilah lurus tunggal dan dibawa dalam satu atau dua sarung. Panjangnya kira-kira setengah hingga sepertiga dari panjang Dao standar. Hudiedao awal memiliki ujung lancip yang dapat digunakan untuk menusuk target, sementara Hudiedao modern yang biasa digunakan dalam wushu memiliki ujung tumpul dan hampur bundar.

Gambar Hudiedao klik disini

 

18. Pedang Taiji Dao

ilustrasi Taiji Dao

Selain Taiji Jian, aliran bela diri tradisional Tiongkok Taijiquan juga menggunakan pedang Dao. Pedang dao yang digunakan di dalam beladiri aliran Taijiquan dinamakan Taiji Dao. Berbeda dengan pedang Dao lainnya, Taiji Dao memiliki bilah yang lebih tipis dan panjang. Peganganya pun cukup panjang, muat untuk dua tangan meskipun tidak menutup kemungkinan untuk menggunakannya dengan satu tangan karena bobot pedang ini yang terbilang ringan.

Gambar Taiji Dao klik disini

Pedang Taiji Dao memiliki pelindung tangan ‘S’ seperti Nandao. Bilahnya panjang dengan lengkungan lembut dan tajam persegi di ujung pedang.  Seperti halnya Taiji Jian, pedang ini hanya digunakan masyarakat sipil dan tidak digunakan dalam peperangan oleh militer. 

 

19. Chanchidao

ilustrasi Chanchidao

Chanchiadao terlihat seperti senjata galah (tongkat atau tombak) dengan bilah di dua sisi, namun ini dikategorikan sebagai pedang dao. Ini merupakan senjata yang meniru sayap serangga (belalang sembah), dua pedang disatukan dalam satu gagang dan terciptalah Chanchidao. Terkadang ini disebut Qiang kun ri yue dao, atau tombak dao bulan matahari.

Gambar Chanchidao klik disini

Pedang ini dibuat dengan oanjang keseluruhan sekitar enam kaki atau setinggi manusia. Chanchidao merupakan senjata langka yang hanya digunakan oleh praktisi bela diri tradisional Tiongkok terutama dalam gaya kungfu mantis (belalang sembah). Senjata ini merupakan inspirasi untuk membuat senjata-senjata dengan pegangan bulan sabit lainnya seperti; Hook sword.

 

20. Linjiaodao

ilustrasi Linjiaodao

Linjiaodao merupakan pedang dao pendek yang memiliki bilah unik. Linjiaodao dinamai karena bilahnya yang menyerupai tanduk dari salah satu makhluk mitologi Tiongkok yaitu Qilin, mirip unicorn dalam mitologi barat. Linjiaodao bukan merupakan senjata militer, pedang ini digunakan berpasangan atau ganda oleh masyarakat sipil terutama dalam seni bela diri tradisioal Tiongkok aliran H’sing Ch’uan.

Terdapat dua variasi dari Linjiaodao, bilah dengan ujung tunggal dan bercabang. Linjiaodao ujung tunggal memiliki bilah mirip billhook (sabit) dengan ketajaman melengkung ke dalam. Sementara pada Linjiaodao ujung bercabang, terdapat cabang tajam ke belakang di dua pertiga bilah menyerupai tanduk Qilin. Gagangnya memiliki peindung tangan “D”, terkadang pelindung ini berbentuk bilah bulan sabit.

Gambar Linjiaodao klik disini

 

21. Zhoudao

ilustrasi Zhoudao atau Ri baguazhang

Zhoudao merupakan pedang dao dengan bilah tunggal khusus yang unik, lurus mundur sepanjang lengan bawah dan juga dapat diayunkan ke depan dan dalam posisi diperpanjang. Prinsip penggunaanya mirip Baton-Tonfa (pentungan yang biasanya dibawa oleh polisi dan satpam) secara berpasangan atau ganda dengan titik tusukan dan penjaga yang dapat digunakan untuk menangkap, mengiris, dan menebas target. Zhoudao merupakan senjata yang digunakan oleh masyarakat sipil, biasanya digunakan oleh praktisi seni bela diri Kung Fu gaya Baguazhang/ Pakua dan Babi Rusa (Wild Boar). Zhoudao juga dikenal dengan nama Ri Baguazhang, terkadang juga disebut mandarin duck knives meskipun itu adalah senjata yang berbeda.

Gambar Zhoudao/ Ri Baguazhang klik disini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pedang Arab itu Lurus atau Melengkung? Cek Faktanya Disini

Mendengar pedang Arab, pikiran kita akan tertuju pada Pedang Zulfikar atau Al-Ayubi. Hal itu tidak sepenuhnya salah karena memang pedang Arab yang terkenal itu yang kedua pedang itu. Masalahnya, bentuk pedang yang kita kenal dan beredar di dunia maya saat ini, apa benar itu bentuk aslinya? Faktanya, pedang yang dibuat dan digunakan oleh bangsa Arab saat itu adalah pedang lurus bermata dua. Beberapa ditemukan memiliki bilah melengkung, namun sejatinya itu bukanlah pedang buatan bangsa Arab.   Itu adalah pedang bangsa Turk (atau Tartar) yang dimiliki oleh orang Arab. Bisa saja pedang itu dibeli dari orang-orang Turk ataupun pedang rampasan perang, biasanya pedang ini memiliki dekorasi mewah seperti sarung pedang dan gagangnya yang bertaburan intan permata. Ini menandakan pedang tersebut sangat berharga karena memang jumlahnya tidak banyak di jazirah Arab pada waktu itu. Pedang Arab   | lihat sumbet gambar : Look and Learn | detail lisensi   Lantas bagaimana dengan pedang yang sekarang